SEJARAH SINGKAT DESA KAYUPUTIH
13 Mei 2019 09:57:00 WITA
Desa Kayuputih berada pada dataran tinggi dan sedang yang terletak di sebelah Selatan Kabupaten Buleleng. Desa Kayuputih merupakan salah satu dari 17 desa di Kecamatan Banjar. Dalam upaya melaksanakan pembangunan di segala sektor maka kita perlu memahami kondisi Desa Kayuputih secara lebih rinci sebagaimana tersebut di bawah ini.
- SEJARAH SINGKAT DESA KAYUPUTIH
ZAMAN PRASEJARAH
Desa Kayuputih telah berada sejak zaman prasejarah, ini dapat dibuktikan dengan peninggalan-peninggalan berupa :
- SARKOFAGUS / PETI MAYAT yang terbuat dari batu andesit, benda tersebut ditemukan di beberapa rumah penduduk yang sudah berada du atas tanah. Barang tersebut mungkin ditemukan oleh penduduk pada waktu sedang menggali untuk membangun rumah. Jumlah sarkofagus yang ditemukan penduduk sebanyak 1 (satu) buah yang utuh, ada juga yang pecah sebanyak 8 (delapan), jadi total sebanyak 9 (sembilan) buah, mungkin ada lagi yang belum ditemukan.
- Selain Sarkofagus juga ada yang ditemukan 1 (satu) buah Pura yang bernama PURA MUNDUK DUUR yang berisi PONJOKAN-PONJOKAN BATU yang di percayai sebagai kepercayaan leluhur pada zaman bali kuno.
ZAMAN SEJARAH
Desa Kayuputih setelah zaman Prasejarah telah masuk ajaran kepercayaan yaitu ajara Siwa yang dibuktikan dengan terdapatnya patung SIWA PASUPATA, dengan peninggalan-peninggalannya sebagai berikut :
- di Pura Bale Agung terdapat PALUS yang bentuknya disamakan menyerupai alat kelamin laki-laki yang terbuat dari batu Andesit bagi masyarakat penyungsungannya disebut DEWA GEDE CELAK KONTONG sebagai pemangkunya adalah KUBAYAN dan dijeroan terdapat patung tera kota yang dibuat dari tanah liat yang dibakar, menyerupai seorang ibu yang sedang menyusui anaknya, sedangkan tangannya menyentuh tanah (bumi).
- Di Pura Munduk terdapat peningalan berupa : Lingga Yoni, Stupa Budha, dan 2 (dua) buah patung kuda laki dan kuda betina terbuat dari batu Andesit yang diyakini sebagai penjaga.
Peninggalan-peninggalan tersebut hanya terdapat di Pura Bale Agung dan Pura Munduk Duur.
ZAMAN KERAJAAN KIBARAK PANJI SAKTI
Desa Kayuputih pa Zaman Kerajaan Kibarak Panji berna DESA TARUPNGI yang meliputo BANYUASREP (Desa Banyuatis), yang memegang pemerintahan adalah Ki Pasek Gobleg sebagai prajuru (akuwu) dari Ki Barak Panji Sakti yaitu Raja Buleleng. Pada Zaman tersebut aliran kepercayaan yang dianut oleh Desa Tarupingi berlainan dengan kepercayaan Ki Pasek Gobleg, maka secara kebetulan ada seorang Bagawanta yaitu bernama Dang Hyang Wiraga Sandhi datang dari kerajaan Kelungkung yaitu dari Kerajaan Gelgel yang akan pergi ke tanah Jawa (pulang ke jawadwipa) melalui Desa Tarupingi dan mesandekan atau istirahatdi Desa Tarupingi. Beliau atau Bagawanta tersebut pulang dari Gelgel ke tanah jawadwipa karena perselisihan paha dengan raja Gelgel. Bagawan tersebut pulang dari Desa Kemenuh rencana ke tanah jawadwipa dengan meninggalkan seorang istri seang hamil yang masih tinggal di Desa Kemenuh yang diajak adlah anak-anaknya. dalam perjalanan beliau pulang ke tanah jawadwipa melalui den bukit yang sekarang di sebut Buleleng, dengan melewti Danau dan Gunung yang berada di tengah-tengah pulau Bali yaitu Danau Buyan dan Danau Tamblingan. Setelah Bagawan Dang Hyang Wiraga Sandhi sampai di Desa Tarupingi bertemu Ki Pasek Gobleg dan Ki Pasek Gobleg bertanya kapada Beliau “ Mau Kemana Perjalanan Paduka”? Beliau Menjawab, “bahwa saya mau pulang ketanah jawadwipa”. Karena belai seorang yang baik dan seorang Bagawan, maka Ki Pasek Gobleg berkeinginan untuk meminta agar Bagawan tinggal di Tarupingi untuk melaksanakan Catur Asrama di Tarupingi. Ketika Ki Pasek Gobleg menyampaikan keinginannya, maka si Begawan berbalik bertanya “ apakah hamba diberikwn ijin tinggal di Tarupingi oleh Ki Barak Panji Sakti”. Dengan pertanyaan seperti itu, maka Ki Pasek Gobleg sadar bahwa memang benar apa yang disampaikan oleh Pendeta. Besoknya Ki Pasek Gobleg berangkat ke kediaman Ki Barak Panji Sakti menyampikan keinginannya kepada Raja agar sudilah kiranya bahwa bagina raja untuk mengijinkan Bagawaa Dang Hyang Wiraga Sandhi untuk menetap di Tarupingi dalan mengemban Catur Asrama dengan mewilayahi dari Enjung Sanghyang (KALIBUKBUK) sampai ke Gading Wani, dengan wilayah meliputi Banyuasrep (Banyuatis), Ardi Murda (Munduk), Toya Leng dan Ori (Gesing), Jombang (Gobleg), Gendang Janur ( Busung Biu), Toya Beras ( Banyuasri) Padang Panjang (Pedawa), Side Kerti (Sidatapa), Tunjung Mekar (Gunung Sari), Girisuta ( Umejero) ini semua dipusatka di Tarupingi (Kayuputih)
ZAMAN PENJAJAHAN BELANDA
PADA Zaman Penjajahan Belanda sudah dikenal adanya sistem pemerintahan di Desa sehingga Tarupingi diganti dengan nama Desa Kayuputih, dibagi menjadi tiga (3) Desa yaitu : Desa Banyuatis dan Desa Bangkangan (Tirta Sari) dan Desa Kayuputih sendiri. Desa Kayuputih dikepalai oleh seorang Perbekel. Yang menjadi Perbekel pada saat itu adalah : IDA BAGUS KEPASEKAN (Alm.), diganti oleh IDA BAGUS OKA (Alm.), dan akhirnya diganti dengan BAGUS GEDE SUANDA (Alm.). pada saat tersebut Perbekel dibantu oleh Sedaan dan Bendesa. Dimana Sedaan mengatur Persubakan, dan bendesa mengatur tentang upacara yadnya.
- POTENSI ALAM
Desa Kayuputih dengan kondisi tanah dataran tinggi dan sedang terletak diantara ketinggian 400 sampai 550 meter dari permukaan laut, dimana luas wilayahnya seluas 383.165 Ha/M2. Apabila dilihat dari tata guna tanah yang dimanfaatkan oleh penduduk Desa Kayuputih yang sebagian besar adalah lahan Pertanian, ini menunjukkan bahwa masyarakat Desa Kayuputih mayoritas bekerja sebagai Petani Perkebunan seperti Cengkeh, Kopi, dan berbagai jenis hortikultura serta petani sawah sebagai penghasil beras. Mengingat hasil bumi yang beraneka ragam maka tidak sedikit penduduk Desa Kayuputih yang berprofesi menjadi wiraswasta seperti pedagang palen-palen, jual beli hasil bumi. Dimana mereka memperoleh barang dagangannya langsung dari produsen yaitu masyrakat Desa Kayuputih sendiri yang kemudian dipasarkan ke luar wilayah seperti Denpasar, Singaraja serta kota-kota lain yang ada di Bali.
Khusus untuk persawahan di desa Kayuputih ada 6 subak basah yaitu Subak Kayuputih, Subak Menagung, Subak Sanda, Subak Belong, Subak Bebau dan Subak Bolangan. Subak ................. dikenal sebagai penghasil padi beras merah lokal sebagai produk unggulan desa, yang memiliki nilai gizi yang tinggi serta rasa yang khas. Seiring dengan kebutuhan ekonomi dari tahun ketahun jumlah areal sawah terus berkurang sehingga produksi beras merah pun semakin menyusut. Pemerintah desa Kayuputih mempunyai komitmen untuk melestarikan beras merah sebagai produk unggulan desa, hal ini ditempuh lewat bantuan pemberian bibit serta pupuk organik, serta penyaluran produksi pasca panennya.
Guna menopang perekonomian, masyarakat Desa Kayuputih juga mengandalkan sektor peternakan. Hasil peternakan berupa sapi, kambing, babi dan ayam broiler. Bahkan dari hasil budidaya kambing warga maskyarakat sudah bisa meningkatkan usahanya dengan mengolah limbah dari ternak kambing itu sendiri yang dimanfaatkan kembali untuk pupuk organik yang dimanfaatkan dalam usaha pertanian. Ini membuktikan bahwa usaha peternakan yang ada di Desa Kayuputih sudah mendukung perkembangan pertanian secara terpadu dan berwawasan agrobisnis.
Selain potensi pertanian dan peternakan desa Kayuputih juga memiliki potensi unggulan dibidang pariwisata. Desa Kayuputih memiliki ponarama wisata alam yang cukup memadai yang didukung oleh daerah tujuan wisata seperti air terjun, wisata tracking. Selain itu desa Kayuputih juga merupakan wilayah penyangga dari pada desa Munduk yang sudah memiliki potensi wisata yang sudah terkelola dengan baik.
Komentar atas SEJARAH SINGKAT DESA KAYUPUTIH
Formulir Penulisan Komentar
Layanan Mandiri
Silakan datang / hubungi perangkat Desa untuk mendapatkan kode PIN Anda.
Masukkan NIK dan PIN!
Statistik Kunjungan
Hari ini | |
Kemarin | |
Jumlah Pengunjung |